Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa nilai p = (0,159) > ? = (0,05), dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin plasma pada penderita Diabetes Melitus di Klinik Bandar Lor Kota Kediri.
Halini menyebabkan terjadinya lonjakan kadar gula darah. Kayu manis dipercaya mampu membantu mengelola gula darah pada penderita diabetes, berikut alasannya: . * Kayu manis bisa meningkatkan
KADARUREUM DAN KREATININ SERU Tampilan Petugas; Koleksi Nasional; Sitasi Cantuman; Kirim via Email; Export to EndNote; Favorit; KADAR UREUM DAN KREATININ SERUM PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN NILAI HbA1c >8% . Tersimpan di: Main Author: Penulis : ANGGIE CITRA KHARISMA Pembimbing : Dr. Ani Riyani, M.Kes Ketua : Dr. Ani Riyani, M
meningkat sedangkan pasien dengan kadar trigliserida normal memiliki kadar kreatinin normal. Hasil uji statistik dengan metode Mann Whitney menunjukan p<0,001. Simpulan penelitian, terdapat hubungan yang bermakna antara hipertrigliseridemia dengan kadar kreatinin. Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, hipertrigliseridemia, kadar kreatinin
LENGKONG AYOBANDUNG.COM - Berikut ini manfaat daun kelor yang konon berkhasiat dapat menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.Apa saja kandungannya? Daun kelor atau moringa sudah dikenal sejak lama sebagai tanaman yang memiliki beragam manfaat untuk kesehatan tubuh kita.
Diabetesmelitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi batas normal. Salah satu dampak penyakit diabetes melitus adalah gangguan pada fungsi ginjal, yang ditandai oleh kenaikan kadar ureum dan kadar kreatinin dalam darah. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada 55 orang penderita diabetes melitus di RS Qadr pada bulan Oktober 2017.
Sampelyang digunakan adalah hanya pasien diabetes melitus tipe 2 yang berjenis kelamin laki-laki. Pada kelompok DM tipe 2 yang terkontrol, terdapat 34 orang (94,4%) sampel yang kadar kreatinin serumnya berada pada kisaran normal, sedangkan 2 orang (5,6%) sampel kadar kreatinin serumnya berada diatas kisaran normal. Pada
Olehkarena itu, peningkatan kadar kreatinin dapat menjadi salah satu penanda terganggunya fungsi ginjal atau terjadinya penyakit ginjal. Peningkatan kadar kreatinin ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : Gagal ginjal. Darah tinggi atau hipertensi.
FPMqJ. Dublin Core Title GAMBARAN KADAR KREATININ SERUM PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA PALEMBANG TAHUN 2019 Subject diabetes melitus, hiperglikemi, nefropati diabetik Description Diabetes melitus DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Kondisi hiperglikemi yang tidak terkontrol nantinya akan menimbulkan komplikasi salah satunya adalah Nefropati diabetika yang dimana keadaan ginjal mengalami penurunan fungsi dan terjadinya kerusakan pada selaput penyaring darah yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin serum pada penderita diabetes melitus tipe II di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Palembang Tahun 2019 berdasarkan jenis kelamin, umur, lama menderita DM dan riwayat hipertensi. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah serum. Populasi penelitian adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe II di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Palembang Tahun 2019. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 64 subjek. Hasil penelitian menunjukkan dari 64 penderita diabetes melitus tipe II, sebanyak 25 orang dengan hasil kadar kreatinin tinggi, sebanyak 33 orang dengan hasil kadar kreatinin normal dan sebanyak 6 orang dengan hasil kadar kreatinin rendah. Dari 25 orang dengan hasil kadar kreatinin tinggi, berdasarkan jenis kelamin yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang berdasarkan umur sebanyak 22 orang dengan umur berisiko ≥ 45 tahun dan sebanyak 3 orang dengan umur tidak berisiko 10 tahun dan sebanyak 7 orang dengan lama menderita ≤ 10 tahun, berdasarkan riwayat hipertensi sebanyak 22 orang yang mempunyai riwayat hipertensi dan sebanyak 3 orang yang tidak mempunyai riwayat hipertensi. Dengan demikian disarankan bagi penderita diabetes melitus tipe II untuk memeriksakan fungsi ginjalnya secara rutin. Publisher Poltekkes Kemenkes Palembang Contributor NUrhayati, Document Viewer
Background People with Type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia continue to increase in prevalence. Understanding of complications due to this disease, one of which is diabetic nephropathy or damage to kidney nephrons. Objective To determine the relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Method This study was an observational experiment using a cross sectional approach based on secondary data. The research was carried out in February to April 2020. The population of this research study is a member of Prolanis Chronic Disease Management Advanced Program in Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sample with 24 patients. Analysis of data using the Spearman’s test. Results From the results of the normality test using the Shapiro Wilk test data obtained were not normally distributed so that continued with the Spearman rank test obtained r of and p values with sig. 2-tailed of or> H0 received. This means that there is no relationship between HbA1c levels and blood creatinine levels in patients with type 2 DM. Conclusion There is no relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PUINOVAKESMAS No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 ISSN 2746-7430 Online 84 puinovakesmas Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 Putri Nur Cahyani a,, 1*, Atik Martsiningsih a, 2, Budi Setiawan a,b, 3 a Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl Ngadinegaran MJIII No 62 Yogyakarta 55141 b PUI Novakesmas, Jl Tata Bumi No 3 Sleman 55293 1 pcahyani26 atikskripsikti20 *korespondensi penulis Sejarah artikel Diterima Revisi Dipublikasikan 5 Maret 2021 7 Maret 2021 8 Maret 2021 Latar Belakang Prevalensi Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia terus meningkat. Pengertian komplikasi akibat penyakit ini, salah satunya adalah nefropati diabetik atau kerusakan nefron ginjal. Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Metode Penelitian ini merupakan eksperimen observasional dengan pendekatan cross sectional berdasarkan data sekunder. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2020. Populasi penelitian ini adalah anggota Prolanis Program Lanjutan Penanggulangan Penyakit Kronis di Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sampel dengan 24 pasien. Analisis data menggunakan uji Spearman. Hasil Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk test diperoleh data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji rank spearman diperoleh r sebesar -0,006 dan nilai p dengan sig. 2-tailed 0,961 atau> 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Kesimpulan Tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Kata kunci Diabetes Mellitus Tipe 2 Glukosa darah HbA1c Kreatinin Key word Type 2 Diabetes Mellitus Blood glucose HbA1c Creatinine The relationship of HbA1c levels with creatinin levels in Diabetes Mellitus Type 2 patients. Background People with Type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia continue to increase in prevalence. Understanding of complications due to this disease, one of which is diabetic nephropathy or damage to kidney nephrons. Objective To determine the relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Method This study was an observational experiment using a cross sectional approach based on secondary data. The research was carried out in February to April 2020. The population of this research study is a member of Prolanis Chronic Disease Management Advanced Program in Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sample with 24 patients. Analysis of data using the Spearman’s test. Results From the results of the normality test using the Shapiro Wilk test data obtained were not normally distributed so that continued with the Spearman rank test obtained r of and p values with sig. 2-tailed of or> H0 received. This means that there is no relationship between HbA1c levels and blood creatinine levels in patients with type 2 DM. Conclusion There is no relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 85 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 This is an openaccess article under the CC–BY-SA license. Pendahuluan Prevalensi dari penyakit Diabetes Mellitus DM semakin meningkat terutama di negara yang sedang berkembang Arisman, 2008. Pada tahum 2024 penderita diabetes diprediksi mencapai 692 juta jiwa. Angka ini berdasarkan catatan International Diabetes Federation IDF pada 2015 yang menyebut jumlah penderita diabetes mencapai 415 juta jiwa, kemudian pada tahun 2017 mencapai 425 juta. Di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas dari tahun 2013 hingga 2018 prevalensi Diabetes Melitus DM meningkat dari menjadi %, yang artinya terdapat juta penduduk menderita DM. Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang tidak dapat disembuhkan, namun kadar glukosa dalam darah dapat dikendalikan agar tetap pada ambang batas normal. Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan diabetes yang prevalensinya tinggi. Diabetes tipe 2 ini dapat terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, selain dari faktor keturunan, DM tipe 2 berkembang sangat lambat dan tidak mutlak memerlukan suntikan insulin karena pankreasnya masih menghasilkan insulin. Tipe DM ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi diantaranya komplikasi pada syaraf, koma hiperglikemi, koma hipoglikemi, komplikasi pada mata, luka yang sulit sembuh, dan komplikasi pada ginjal. Penderita diabetes mellitus mempunyai kecenderungan menderita nefropati 17 kali lebih sering dibandingkan dengan orang non-diabetik. Kerusakan pada ginjal tersebut dapat didiagnosa dengan pemeriksaan tes fungsi ginjal, salah satunya adalah pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Pemeriksaan kreatinin ini, sangat membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Kadar normal dari kreatinin adalah 0,05 dan kadar kreatinin dengan signifikansi = 0,000 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Menurut analisis statistik yang dilakukan data pada penelitian ini tidak normal, dilihat dari nilai kadar HbA1c dengan signifikansi = 0,458 >0,05 dan kadar kreatinin dengan signifikansi = 0,000 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Apabila mengacu pada analisis statistik tersebut tidak adanya hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah diakibatkan karena penderita DM Tipe 2 yang menjadi sampel dala penelitian ini melakukan kontrol HbA1c dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan rutin melakukan pemeriksaan glukosa darah setiap bulan dan melakukan medical check up setiap 6 bulan sekali untuk diukur kadar HbA1c, kreatinin darah, ureum darah, kolesterol total, HDL - kolesterol, LDL - kolesterol, trigliserida, mikroalbumin kuantitatif, dan pemeriksaan urin. Dengan rutin melakukan medical check up tersebut maka dapat dilakukan kontrol terhadap penderita. Penderita DM Tipe 2 tersebut juga selalu rutin mengkonsumsi obat - obatan diantaranya Metformin dan Glimepirid sehingga glukosa darah dapat dikontrol dengan baik. Apabila dilakukan kontrol HbA1c yang baik maka kemungkinan terjadinya komplikasi ginjal atau nefropati diabetik dapat diminimalisir. Karena dengan terkontrolnya glukosa dalam darah maka kerja dari ginjal tidak menjadi berat dan dapat terjadi kerusakan pada nefron apabila hal tersebut terjadi secara terus - menerus. Dibuktikan dengan penelitian ini bahwa kegiatan prolanis untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin dapat meminimalisir adanya kejadian nefropati diabetik. Hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Vithiavathi Sivasubramanian, Karthik Jetty, S. Senthil Kumar 2019. Yang menunjukkan adanya korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor diantaranya wilayah penelitian yang berbeda yaitu di India dan di Indonesia. Subyek yang dipilih oleh peneliti juga berbeda kriterianya. Subyek yang diambil oleh peneliti adalah kelompok anggota prolanis yang sudah ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 91 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dikontrol setiap bulan. Sedangkan hasil dari penelitian ini sama dengan penelitian milik Fernando Ferino 2017. Yang menunjukkan tidak terdapat korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah. Kelemahan dari penelitian ini adalah perlunya ditambahkan parameter lain untuk pemeriksaan tes fungsi ginjal agar benar - benar didapatkan hasil yang akurat mengenai adanya kerusakan ginjal atau komplikasi nefropati diabetik. Parameter lain tersebut diantaranya ureum, mikroalbumin urin, dan kreatinin urin untuk tes fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan saat adanya pandemi Covid-19 sehingga dalam pelaksanaannya kurang maksimal. Kesimpulan Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Perlu dilakukan penelitian kelanjutan dengan parameter lain yaitu ureum, mikroalbumin urin, dan kreatinin urin untuk tes fungsi ginjal, sehingga diketahui adanya risiko nefropati diabetik. Daftar Pustaka 1. Anggun, 2012. Hubungan Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. 2. Arsono, Soni. 2005. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Universitas Diponegoro. Semarang. 3. David C end Dugdale. Creatinine blood from https// Gov /Medlineplus/ency/article/ Tanggal 3 Januari 2019. 4. Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003. 5. Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta Aditya Media. 6. Guyton and Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta EGC. 7. I Gusti Ayu Putu Widia Satia Padma, dkk. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 111 Hlm. 107 – 11. 8. Kara A. Renal function. Clinical chemistry. 6th ed. Philadephia Wlters Kluwer;2012. 9. Kartika, .2006. Dinamika emosi kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus. Journal. Universitas Gajah Mada. 10. Kee JL., 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Cetakan I Edisi 6. Jakarta ECG. 11. Maulina, Sri Septi. 2016. Korelasi antara Kadar Glukosa Darah dengan Kadar Kreatinin Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rsud Surakarta. Tugas Akhir Universitas Setia Budi Surakarta. 12. McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes. 13. Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta. 14. Nugraha, Gilang 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta CV Trans Info Medika. 15. Perkeni, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia 2006, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta. 16. Rinda A. 2015. Pengaruh konsentrasi asam pikrat pada penentuan kreatinin menggunakan sequential injection analysis. Jurnal Kimia. 12 587 – 591. 17. Depkes, 2008. Riset kesehatan dasar RISKESDAS 2007. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 18. Rochmah, Diabetes melitus pada Usia Lanjut. InSudoyo dkk ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 19. Sacher, Ronald A dan Richard A. McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Alih bahasa Brahm dan Dewi Wulandari. Jakarta EGC. 20. Sacher, A Ronald. 2012. Tinjauan Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta EGC. 21. Sari, Putri Noviana. 2019. Gambaran Kadar Kreatinin pada Serum Deproteinasi dan Non - Deproteinasi dengan Metode Jaffe Reaction. Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta. 22. Soegondo, Sidartawan, Pradana Soewondo, Imam Subekti, ed. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta Balai Penerbit FKUI; 2004. 23. Soewondo P, 2009., Buku Ajar Penyakit Dalam Insulin Koma Hiperosmolar Hiperglikemik non Ketotik, Jilid III, Edisi 4, Jakarta FK UI pp. 1913. 24. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung Alfabeta. 25. Stevens LA, Coresh J, Greene T, Levey AS. Assesing kidney function-measured and estimated glomerular filtration rate. N Engl J Med. 2006;3542473-83. ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 93 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 26. Sivasubramanian, V., Jetty, K. and Kumar, 2019. Correlation of HbA1c with urinary ACR, serum creatinine and eGFR in type-2 diabetes mellitus at Puducherry, South India. International Journal of Research in Medical Sciences, 75, ResearchGate has not been able to resolve any citations for this SivasubramanianKarthik JettyS. Senthil KumarBackground Diabetes Mellitus DM is a major emerging clinical health problem in this world. Anemia is a common problem in diabetes. Type 2 DM comprises about 90% of diabetic population of any A cross-sectional study carried out among 125 type 2 diabetic mellitus patients’ area at Department of Medicine Aarupadai Veedu Medical college AVMC and hospital, Puducherry during the period from May 2018 to October objectives of the study were to evaluate the association of HbA1c with urinary ACR, eGFR and serum creatinine in Type 2 diabetes mellitus. Data was analyzed using the SPSS version The randomly selected study group comprised 100 type 2 DM patients and 25 control peoples of 35-70 years of age. Type 2 DM patients were evaluated of HbA1c, normotensives or hypertensives. FBS, serum creatinine, urinary albumin and creatinine were estimated. Urinary ACR and eGFR and were calculated. The data result was expressed as mean and standard deviation. A probability value is less than and it was considered statistically Type 2 diabetes mellitus patients, HbA1c and duration of diabetes were the strongest predictors of micro albuminuria and age was the strongest predictors of a low eGFR. The diabetes was poorly controlled, making the progression to end stage renal failure in concern patients. They measure the prevention of urinary albumin excretion, development of renal abrasion, smoking termination, strict glycaemic control and initiating lipid lowering therapy. Candace McnaughtonWesley H. SelfCorey M SlovisIN BRIEF This article reviews the most common and immediately life-threatening diabetes-related conditions seen in hospital emergency departments diabetic ketoacidosis, hyperglycemic hyperosmolar state, and hypoglycemia. It also addresses the evaluation of patients with hyperglycemia and no previous diagnosis of the coming years, estimates of the glomerular filtration rate GFR may replace the measurement of serum creatinine as the primary tool for the assessment of kidney function. Indeed, many clinical laboratories already report estimated GFR values whenever serum creatinine is measured. This review considers current methods of measuring GFR and GFR-estimating equations and their strengths and weaknesses as applied to chronic kidney Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas KedokteranAnggunAnggun, 2012. Hubungan Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas Kedokteran, Universitas Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal TerminalSoni ArsonoArsono, Soni. 2005. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Universitas Diponegoro. C End DugdaleDavid C end Dugdale. Creatinine blood from https// Gov /Medlineplus/ency/article/ Tanggal 3 Januari Kedokteran Dorland edisi 31W A DorlandNewmanDorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, J CorwinElizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta Aditya C GuytonJ E HallGuyton and Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah DenpasarDkk I Gusti Ayu Putu Widia Satia PadmaI Gusti Ayu Putu Widia Satia Padma, dkk. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 -1159, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 111 Hlm. 107 -11.
ABSTRAK Diabetes Mellitus DM merupakan penyakit yang terjadi karena kelainan sekresi insulin. Komplikasi akan timbul bila DM tidak dikendalikan dengan baik. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita DM yaitu nefropati diabetik, yang berdampak pada kerusakan ginjal. Pengaturan kadar glukosa darah yang terkontrol dengan baik dapat mencegah kerusakan pada ginjal. Pengendalian DM dapat dipantau dengan mengukur kadar hemoglobin glikosilasi HbA1c. Pengukuran kadar ureum dan kreatinin serum dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal pada penderita DM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata kadar ureum dan kreatinin serum pada penderita DM dengan nilai HbA1c >8% serta hubungan kadar ureum dan kreatinin serum dengan nilai HbA1c. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 60 penderita DM dengan nilai HbA1c >8%, terdiri dari 30 pasien perempuan dan 30 pasien laki-laki dari RS Muhammadiyah Bandung. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar ureum penderita DM perempuan dengan nilai HbA1c >8% sebesar 44,1 mg/dL dan laki-laki sebesar 44,8 mg/dL, rata-rata kadar kreatinin penderita DM perempuan sebesar 1,4 mg/dL dan laki-laki sebesar 1,7 mg/dL. Berdasarkan uji Pearson Correlation, tidak terdapat hubungan antara kadar ureum dengan HbA1c pada perempuan, namun terdapat hubungan yang cukup kuat antara kadar ureum dengan HbA1c pada laki-laki r = 0,475. Berdasarkan uji Spearman’s Correlation, tidak terdapat hubungan antara kreatinin dengan HbA1c pada perempuan maupun laki-laki. Saran untuk penelitian selanjutnya agar mengkriteriakan sampel penelitian berdasarkan variasi nilai HbA1c, lamanya menderita DM dan memperhatikan obat-obatan yang dikonsumsi pasien.